Perolehan suara yang cukup tinggi dari partai Golkar dan Gerindra, membuat koalisi keduaya bukanlah hal yang diduga kebanyakan orang sebelumnya. Apalagi, mengingat ambisi dari ketua umum partai Golkar, Abu Rizal Bakri yang sangat ingin menduduki kursi RI 1, sungguh mengejutkan jika kemudian dia tiba-tiba mau menejadi cawapres dari Prabowo Subianto.
Kenyataannya, itulah yang terjadi. Setidaknya yang ditangkap oleh media saat ini. Pertemuan antara Prabowo dan Ical pada awal bulan ini menjadi indikasi kuat, meskipun hasil rekapitulasi dari KPU belum diumumkan secara resmi.
Lalu, benarkah koalisi ini akan terjadi? Apa pula efek yang bisa dibawanya? Ini adalah beberapa berita yang kami sadur dari Kompas dan Republika. Selamat menikmati.
Berkoalisi, Prabowo-Aburizal Bisa Saling Mematikan
berita dari Kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com - Intimnya hubungan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menimbulkan spekulasi keduanya benar-benar akan berkoalisi menghadapi Pemilu Presiden 2014. Namun, duet ini dinilai justru akan saling mematikan karena rekaman jejak masa lalunya.
Pengamat politik dari Centre For Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi mengatakan, duet Prabowo-Aburizal sangat dimungkinkan karena akumulasi suara Gerindra-Golkar di pemilu legislatif dapat menembus ambang batas pencalonan presiden. Terlebih, keduanya jelas memiliki nafsu yang sama besarnya untuk merebut kekuasaan dan memerintah.
"Kepentingannya sama, sama-sama ingin berkuasa yang kemudianenggak lagi mempersoalkan siapa yang jadi capres atau cawapres," kata Kristiadi saat dihubungi, Senin (5/5/2014) malam. Apalagi, Aburizal telah mengeluarkan isyarat bersedia menjadi bakal cawapres karena sadar sulit peluangnya bila nekat menjadi bakal capres.
Namun, kata Kristiadi, duet dua tokoh ini dapat saling membelenggu, bahkan mematikan satu sama lain. Pasalnya, Prabowo masih dikaitkan dengan isu dugaan pelanggaran HAM sementara Aburizal dengan bencana lumpur Lapindo, di Jawa Timur. Selain itu, Aburizal juga akan terganjal dinamika di internal Golkar yang sangat keras mewacanakan evaluasi pencapresannya.
Wacana evaluasi itu muncul karena elektabilitas Ical yang rendah dan gagal membawa Golkar meraih suara sesuai target di Pemilu Legislatif 2014. "Ini bisa jadi kartu mati. Kesamaan keduanya bukan soal visi, tapi soal kepentingan ingin berkuasa. Alasan lainnya sudah enggak masuk akal," ujarnya.
Sesuai keputusan partai, Aburizal ditunjuk dan ditetapkan sebagai bakal capres, bukan bakal cawapres. Dengan begitu akan muncul pertanyaan ketika tiba-tiba Aburizal membuat kesepakatan tanpa melalui mekanisme partai. "Lalu Aburizal membuat deal tiba-tiba dengan Prabowo, padahal jumlah suara Golkar lebih besar. Ada apa kok mau?Emangnya Golkar milik Aburizal?" ujar Kristiadi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penjajakan antara Prabowo dengan Aburizal terlihat semakin gencar dilakukan. Mereka terus melakukan pembicaraan politik dan memetakan peluang berkoalisi. Seusai menemui Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/5/2014), Aburizal bahkan mengaku siap bila harus menjadi bakal cawapres bagi Prabowo.
Aburizal mengatakan pula, jika tak ada perubahan maka koalisi antara Gerindra-Golkar akan disampaikan sebelum 18 Mei 2014. Setali tiga uang, Prabowo juga mengatakan dia berharap koalisi dengan Golkar akan terwujud dalam waktu dekat.
Prabowo mengatakan ada banyak kesamaan pandangan antara dia dengan Aburizal. Di antara kesamaan itu, sebut dia, adalah soal keharusan penguatan ekonomi nasional melalui usaha kecil dan perlunya tenda besar untuk mengelola kemajemukan Indonesia.
Pengamat politik dari Centre For Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi mengatakan, duet Prabowo-Aburizal sangat dimungkinkan karena akumulasi suara Gerindra-Golkar di pemilu legislatif dapat menembus ambang batas pencalonan presiden. Terlebih, keduanya jelas memiliki nafsu yang sama besarnya untuk merebut kekuasaan dan memerintah.
"Kepentingannya sama, sama-sama ingin berkuasa yang kemudianenggak lagi mempersoalkan siapa yang jadi capres atau cawapres," kata Kristiadi saat dihubungi, Senin (5/5/2014) malam. Apalagi, Aburizal telah mengeluarkan isyarat bersedia menjadi bakal cawapres karena sadar sulit peluangnya bila nekat menjadi bakal capres.
Namun, kata Kristiadi, duet dua tokoh ini dapat saling membelenggu, bahkan mematikan satu sama lain. Pasalnya, Prabowo masih dikaitkan dengan isu dugaan pelanggaran HAM sementara Aburizal dengan bencana lumpur Lapindo, di Jawa Timur. Selain itu, Aburizal juga akan terganjal dinamika di internal Golkar yang sangat keras mewacanakan evaluasi pencapresannya.
Wacana evaluasi itu muncul karena elektabilitas Ical yang rendah dan gagal membawa Golkar meraih suara sesuai target di Pemilu Legislatif 2014. "Ini bisa jadi kartu mati. Kesamaan keduanya bukan soal visi, tapi soal kepentingan ingin berkuasa. Alasan lainnya sudah enggak masuk akal," ujarnya.
Sesuai keputusan partai, Aburizal ditunjuk dan ditetapkan sebagai bakal capres, bukan bakal cawapres. Dengan begitu akan muncul pertanyaan ketika tiba-tiba Aburizal membuat kesepakatan tanpa melalui mekanisme partai. "Lalu Aburizal membuat deal tiba-tiba dengan Prabowo, padahal jumlah suara Golkar lebih besar. Ada apa kok mau?Emangnya Golkar milik Aburizal?" ujar Kristiadi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penjajakan antara Prabowo dengan Aburizal terlihat semakin gencar dilakukan. Mereka terus melakukan pembicaraan politik dan memetakan peluang berkoalisi. Seusai menemui Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/5/2014), Aburizal bahkan mengaku siap bila harus menjadi bakal cawapres bagi Prabowo.
Aburizal mengatakan pula, jika tak ada perubahan maka koalisi antara Gerindra-Golkar akan disampaikan sebelum 18 Mei 2014. Setali tiga uang, Prabowo juga mengatakan dia berharap koalisi dengan Golkar akan terwujud dalam waktu dekat.
Prabowo mengatakan ada banyak kesamaan pandangan antara dia dengan Aburizal. Di antara kesamaan itu, sebut dia, adalah soal keharusan penguatan ekonomi nasional melalui usaha kecil dan perlunya tenda besar untuk mengelola kemajemukan Indonesia.
Oleh: Indra Akuntono
Politisi Golkar: Koalisi, Prabowo, Atau Ical Mengalah
Berita dari Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - -Politisi senior Partai Golkar Zainal Bintang mengatakan calon presiden (capres) partainya Aburizal Bakrie (Ical) memang pernah melakukan penjajakan dengan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto. Karena itu, ia menilai banyak bermunculan spekulasi, termasuk kemungkinan koalisi.
Zainal mengatakan, pertemuan Ical dan Prabowo hanya sebatas normatif. Ia menilai, arah menuju koalisi pun terhambat karena masih ada masalah. Menurut dia, masalah itu karena Golkar dan Gerindra sama-sama sudah mempunya capres.
Zainal mengatakan, pertemuan Ical dan Prabowo hanya sebatas normatif. Ia menilai, arah menuju koalisi pun terhambat karena masih ada masalah. Menurut dia, masalah itu karena Golkar dan Gerindra sama-sama sudah mempunya capres.
"(Kalau mau berkoalisi) Harus ada satu putaran untuk memastikan satu mengalah," kata dia, dalam acara diskusi di Cikini, Jakarta, Ahad (4/5).
Golkar selama ini masih bertahan untuk mengusung Ical sebagai cawapres meskipun banyak survei yang menilai elektabilitas Ical kalah dengan Prabowo dan juga capres PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo. Karena itu, menurut Zainal, wacana koalisi Golkar-Gerindra masih gerakan tanpa bola. "Tertumbuk tembok besar karena dua-duanya capres," ujar dia.
Muncul juga wacana Ical untuk disandingkan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Zainal mengatakan, itu masih gerakan tanpa bola yang sulit untuk berjalan lebih jauh prosesnya. Apalagi, ia melihat masih ada penilaian faktor jawa non-jawa. Sementara Ical dan Hatta berasal dari luar pulau Jawa. "Saya rasa dengan tegas mengatakan tidak mungkin," kata dia.
Golkar selama ini masih bertahan untuk mengusung Ical sebagai cawapres meskipun banyak survei yang menilai elektabilitas Ical kalah dengan Prabowo dan juga capres PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo. Karena itu, menurut Zainal, wacana koalisi Golkar-Gerindra masih gerakan tanpa bola. "Tertumbuk tembok besar karena dua-duanya capres," ujar dia.
Muncul juga wacana Ical untuk disandingkan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Zainal mengatakan, itu masih gerakan tanpa bola yang sulit untuk berjalan lebih jauh prosesnya. Apalagi, ia melihat masih ada penilaian faktor jawa non-jawa. Sementara Ical dan Hatta berasal dari luar pulau Jawa. "Saya rasa dengan tegas mengatakan tidak mungkin," kata dia.
Oleh: Fernan Rahadi
0 komentar:
Posting Komentar