Partai politik, yang dalam proses demokrasi memegang peranan penting, yaitu sebagai kendaraan politik menuju kekuasaan, memang kerap mendapat cap negatif dari rakyat. Berbagai kepentingan yang ada di dalamnya, terutama dalam hal uang, membuat partai politik sulit mendapat kepercayaan dari masyarakat. Tak terkecuali dalam pemilu 2014 ini, di mana banyak partai politik unggulan yang justru kadernya banyak tersangkut kasus. Jadi, apakah sebenarnya musuh utama partai politik itu? Simak berita yang dilansir oleh kompas.com sebagai berikut.
Korupsi, Alat Pembunuh Parpol Paling Mengerikan
Oleh: IhsanudinJAKARTA, KOMPAS.com - Korupsi menjadi faktor kegagalan paling utama sebuah partai dalam Pemilu. Partai yang dirundung korupsi akan ditendang jauh-jauh oleh masyarakat. Hal tersebut terlihat berdasarkan survei Pol-Tracking Institute yang dirilis di Jakarta, Kamis (19/12/2013). Hampir setengah jumlah responden, atau 49,04 persen menyebut masalah korupsi yang membuat partai gagal dalam pemilu.
"Ini menunjukkan kalau korupsi adalah alat pembunuh partai yang paling mengerikan di Indonesia saat ini," kata peneliti Pol-Tracking Aria Budi memaparkan hasil temuannya.
Sementara itu, gagalnya partai karena menurunnya kepuasan masyarakat menempati urutan kedua dengan angka 15.41 persen. Pemberitaan negatif berada di posisi ketiga dengan angka 5.33 persen. Sisanya, responden memilih perilaku kader (3.80 persen), konflik internal (3.11 persen), lainnya (1.78 persen). Sementara yang mengaku tidak menjawab atau tidak tahu sebanyak 21.53 persen.
Ketua Balitbang DPP Golkar, Indra Jaya Piliang yang hadir dalam rilis itu menilai, korupsi saat ini memang mendapatkan perhatian besar dari masyarakat.
"Sekarang, persepsi soal korupsi lebih besar dari tahun 2004 dan 2009. Dulu cuma 3-4 persen, sekarang 49 persen. Dulu masih banyak yang berpikir masuk partai cara mencari uang secara cepat. Sekarang itu malah membunuh partai itu sendiri," jelasnya.
Sementara itu, untuk faktor yang menjadi kesuksesan partai adalah citra dan kinerja parpol. Masing-masing kategori ini mendapatkan presentase 24.00 persen dan 23.70 persen. Sisanya secara berurut adalah tokoh dalam partai (11.90 persen), pemberitaan positif media massa (8.10 persen), soliditas (6,27 persen), dan faktor lainnya (1,23 persen).
Masyarakat yang mengaku tidak tahu dan tidak menjawab sebesar 24,79 persen. Survei ini dilakukan dengan metode wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Jumlah sampel adalah 2010 warga di seluruh provinsi di Indonesia yang telah berusia 17 tahun dan bukan anggota TNI/Polri.
Survei dilakukan dengan margin of error 2,19 persen pada tingkat kepecayaan 95 persen. Survei dilaksanakan pada rentang waktu 13 Seprtember 2013 hingga 11 Oktober 2013.
0 komentar:
Posting Komentar