Pada pemilu 2009 lalu, kita semua menjadi saksi akan kedigdayaan partai muda yang semakin melejit: Partai Demokrat. Dengan suara yang sangat dominan, partai Demokrat pun menjadi partai yang memimpin di legislatif dan eksekutif. Partai Demokrat adalah partai yang paling besar di medio 2009-2014 ini.
Namun, seiring berjalannya waktu partai demokrat semakin melemah saja. Berbagai skandal korupsi yang melingkupi kadernya, membuat partai ini semakin negatif di mata masyarakat. Sampai sekarang, elektabilitas partai Demokrat untuk pemilu 2014 terus anjlok menurut berbagai survey. Hal ini tentu menjadi kabar tak mengenakkan bagi partai, sehingga banyak pihak berpendapat bahwa petinggi partai demokrat sedang galau. Simak cerita lengkapnya dari berita yang dirilis oleh Kompas.com.
Elektabilitas Jeblok, Partai Demokrat Galau?
Oleh: Rahmat FiansyahAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Tjipta Lesmana, mengatakan bahwa para petinggi Partai Demokrat saat ini sedang galau. Pasalnya, Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat yang menjadi kartu truf partai gagal meningkatkan elektabilitas partai.
"Sejak konvensi diluncurkan bukannya meningkat, elektabilitas Demokrat malah menurun," katanya di Jakarta, Rabu (18/12/2013).
Menurut Tjipta, selama hampir empat bulan sejak konvensi diluncurkan, konvensi tersebut tidak mendapatkan perhatian dari publik. Dari awal, ia pun mempertanyakan para peserta konvensi yang dinilai memiliki kualitas yang kurang mumpuni. Bahkan, kata Tjipta, beberapa orang yang maju sebagai peserta konvensi diminta oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
"Ini enggak bagus buat demokrasi. Seharusnya yang maju adalah yang merasa mampu bukan disebabkan oleh big boss," ujarnya.
Ia juga menilai dalam beberapa bulan ke depan, tingkat elektabilitas partai pemenang pemilu 2009 akan ditentukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Semakin banyak kasus korupsi yang terbongkar, katanya, hal ini menyebabkan elektabilitas Demokrat akan semakin anjlok.
Dalam kesempatan yang sama, koordinator tim peneliti Reform Institute, Yudi Latif mengatakan masyarakat yang memilih Partai Demokrat pada pemilu 2009 telah kehilangan kepercayaannya. Hal ini, katanya, dapat terlihat dari survei yang dilakukan lembaganya yang menempatkan Dahlan Iskan (33,81 persen) dan Irman Gusman (6,47 persen) sebagai pilihan pemilih partai Demokrat terhadap peserta konvensi.
"Ada ketidakpercayaan terhadap orang lingkaran dalam Partai Demokrat, makanya mereka memilih orang luar, seperti Dahlan Iskan dan Irman Gusman. Bahkan, sebannyak 46 persen responden yang memilih Partai Demokrat memutuskan tidak memilih peserta konvensi," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar