Kasus Ratu Atut, Gubernur Banten yang menjadi tersangka korupsi penyuapan Akhil Mochtar, hakim MK, ternyata benar-benar berbuntut panjang. Bahkan, tanggapan Golkar pun bisa menyulut perdebatan dengan partai lain, salah satunya PDIP. Psy war antara dua partai ini tentu menarik, karena keduanya merupakan partai yang paling stabil elektabilitasnya menjelang pemilu ini. Dua partai ini, digadang-gadang akan memiliki Capresnya sendiri, yang akan maju di pemilihan presiden 2014 mendatang. Simak berita lengkapnya yang kami sadur dari Oke Zone.
Tuding Partai Lain Tunggangi Kasus Atut, PDIP: Golkar Emosional!
Oleh: Tegar Arif FadlyJAKARTA - Partai Golkar menuding ada partai tertentu yang berusaha untuk memanfaatkan kasus Ratu Atut Chosiyah untuk kepentingan politik, salah satunya dengan memunculkan wacana agar Atut segera mundur sebagai Gubernur Banten.
Banyak pihak menduga, sindiran itu ditujukan kepada Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, rekan koalisi Partai Golkar saat mengusung Ratu Atut dan Rano di Pilkada Banten.
Saat dikonfirmasi, PDI Perjuangan sendiri merasa tidak tersindir. Partai moncong putih itu memahami apa yang terlontar dari para kader Partai Golkar, yang saat ini masih dalam kondisi emosi labil.
"Aku melihatnya emosi saja. Kita enggak mau meladeni itu. Untuk apa masuk dalam perdebatan tak produktif," kata politikus PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari saat dihubungi di Jakarta, Jumat (20/12/2013).
Partai Golkar menuding ada pihak yang menginginkan agar Atut segera mundur dari jabatannya sebaga Gubernur Banten, agar Rano Karno yang merupakan kader PDI Perjuangan bisa menggantikan posisinya.
Namun menurut Eva, terkait dengan prosedur atau ketentuan perihal kepala daerah yang berhalangan permanen telah diatur dalam Undang-Undang (UU), dimana kepala daerah baru dinonaktifkan setelah ada putusan akhir di pengadilan.
"Kita standing position kita seperti itu. Atut tetap gubernur, belum putusan kasusnya, Rano stand by melakukan apa saja yang disuruh Bu Atut. Kalau nanti inkrah, Rano harus siap (menggantikan)," ujar Eva.
0 komentar:
Posting Komentar