Partai Golkar yang selama ini cukup 'adem ayem' dalam pemberitaan korupsi, mendadak menjadi panas. Hal itu terjadi setelah Ratu Atut (Gubernur Banten yang juga kader Golkar) telah dinyatakan sebagai tersangka bahkan terdakwa dalam kasus korupsi suap MK. Hal ini lantas menjadikan Golkar sebagai tokoh baru dalam dunia perkorupsian, meskipun tidak bisa dikaitkan secara langsung korupsi itu dengan Golkar. Lalu muncullah wacana untuk mengevaluasi Ical (Abu Rizal Bakrie) sebagai ketua umum partai. Hal ini dipercaya akan sangat berpengaruh dalam pemilu 2014 mendatang, bahkan pemilihan presiden 2014. Pertanyaannya, perlukah evaluasi itu? Liputan 6 online melansir berita yang menarikt terkait hal itu.
Sekjen Partai Diperiksa KPK, Yorrys Golkar: Perlu Evaluasi Ical
Oleh: Silvanus Alvin
Liputan6.com, Jakarta : Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar Idrus Marham diperiksa penyidik KPK kurang lebih selama 10 jam, sebagai saksi kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada)yang melibatkan mantan Ketua MK Akil Mochtar. Ketua DPP Golkar Yorrys Raweyai menilai, banyaknya elite partai yang diperiksa KPK, bukti perlunya Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dievaluasi.
"Maka kita perlu adakan evaluasi kepemimpinan era Aburizal Bakrie, karena banyak yang terindikasi korupsi," kata Yorrys saat dihubungi di Jakarta, Kamis (2/1/2014).
Pada kepemimpinan Ketua Umum Golkar sebelumnya, yakni Jusuf Kalla, tak ada elite partai yang diperiksa KPK. Bahkan, Yorrys masih ingat kerap kali JK melarang partainya menjadi tempat berlindung koruptor.
"Pak JK waktu jadi ketum berpesan, Partai Golkar jangan jadi tempat berlindung koruptor. Selama JK memimpin, tidak ada yang tersangkut korupsi," terang Yorrys.
Selain Idrus, KPK juga menjadwalkan pemanggilan Bendahara Umum Golkar Setya Novanto. Pemanggilan keduanya, dinilai Yorrys akan menjatuhkan elektabilitas Golkar, apalagi di tahun politik ini.
"Memang masih sebagai saksi, tapi minimal dengan keberadaan sebagai apa pun, entah saksi atau tersangka, tapi itu mempengaruhi citra. Apalagi di tahun politik ini," tandas Yorrys.
Kasus dugaan suap sengketa Pilkada Lebak yang melibatkan mantan Ketua MK Akil Mochtar, ikut menjerat Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang juga pengurus Partai Golkar, adik Atut yang bernama Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, serta pengacara Susi Tur Andayani.
Sementara kasus dugaan suap Pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah melibatkan 3 orang lainnya, yakni Bupati Gunung Mas Hambit Bintih, anggota DPR dari Partai Golkar Chairun Nisa, dan pengusaha Cornelis Nalau.
0 komentar:
Posting Komentar